anasaba_ WMeningkatnya kinerja, kualitas dan profesionalisme guru yang selama ini mendapat stigma kurang baik di masyarakat menjadi satu keniscayaan. Terutama dengan diberikannya tunjangan profesi guru melalui sertifikasi, konsekwensinya adalah perbaikan kualitas dan kinerja guru untuk menghasilkan output anak didik yang mumpuni secara akademis dan non akademis. Demikian Kepala Seksi Mapenda Kemenag Lotim Saipunnasri dihadapan peserta Workshop Guru Mata Pelajaran se-KKM (Kelompok Kerja Madrasah) MTsN Wanasaba dirangkai dengan Pembinaan Kepala MTs di Aula MTsN Wanasaba, Rabu (7/11).
Menyinggung istilah workshop yang digunakan untuk kegiatan tersebut, dikatakan mengandung arti berbeda dengan kegiatan semacam pelatihan maupun penataran. “Workshop harus menghasilkan sesuatu, produk, entah itu perangkat pembelajaran maupun hal lainnya. Jika tidak menghasilkan apa-apa maka sama saja dengan diskusi atau pertemuan biasa,” tegasnya.
Pada kesempatan berbeda Kakanmenag H Nasruddin mengajak para elemen pendidikan yang hadir merenung, melihat kondisi pendidikan khususnya madrasah dewasa ini menuntut kerja keras serta perhatian lebih terutama gairah belajar siswa yang dirasakan cenderung menurun. “Semakin pesatnya perkembangan teknologi seperti handphone dan jejaring sosial, mengalihkan perhatian siswa terhadap pelajaran mereka di madrasah. Kondisi ini menuntut kita lebih kreatif menemukan solusi meningkatkan kembali gairah belajar mereka,” ujarnya.
Ditambahkan, sebagai kabupaten dengan populasi jumlah penduduk terbesar dan memiliki lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan terbanyak di NTB adalah potensi besar menjadikan Lombok Timur sebagai sentra pendidikan. “Kita harus bisa dan berikhtiar agar Lotim menjadi pusat keilmuan yang maju di masa mendatang,” harapnya.
Kepala Bidang Mapenda Jalalussayuthi yang juga sebagai narasumber pada kegiatan ini, mengatakan bahwa saat ini tiga hal yang harus di evaluasi, yakni akreditasi madrasah, sertifikasi guru dan ujian nasional. Akreditasi madrasah seringkali gagal karena beberapa syarat tidak terpenuhi, misalnya luas tanah, jarak antar sekolah dalam satu lokasi dan syarat minimal suatu lembaga menyelenggarakan kegiatan pendidikan. “Tiga tahun pertama madrasah harus mandiri, baru setelah itu bisa mendapat bantuan pendidikan dari pemerintah seperti dana BOS dan lain-lain,” katanya.
Terkait Ujian Nasional, Jalalussayuthi memberikan apresiasinya karena selama empat tahun berturut-turut dari prosentase kelulusan Madrasah Tsanawiyah mampu unggul dari sekolah umum. Sedang untuk Madrasah Aliyah baru tahun ini mampu unggul dari SMA walau prosentasenya kecil. Ia pun menantang para kepala madrasah mempertahankan kondisi ini danmemacu anak didik lebih giat lagi berprestasi.
Sementara, Ketua Panitia Workshop mengatakan tujuan pelaksanaan Workshop Guru Mata Pelajaran diantaranya untuk memberikan pengetahuan awal bagi guru sertifikasi uji kompetensi dan penilaian kinerja guru, pengenalan teknologi informasi, juga pendalaman RPP berkarakter. Diikuti semua kepala madrasah tsanawiyah (53 orang) dan guru yang telah disertifikasi 50 orang. Adapun narasumber berasal dari Kanwil Kemenag NTB, IAIN Mataram, Kemenag Lotim dan Dikpora Lotim.
Sumber : http://kemenaglotim.wordpress.com
No comments